Jumat, 27 April 2012

CERPEN : Motif Motif Misteri



            Kring! Kring!
 Hah ! batinku tersentak. Beker kamarku menunjukan pukul 06.15. Aduh, aku bakal terlambat.
Tak lama kemudian aku sudah berlari keluar dari kamar, dengan menenteng sepatu dan tas. Tanpa sempat makan, aku langsung terjun kemobil. Dan menyuruh mang Mamat sopirku untuk mengantarku. Dengan muka sebal aku mengomel didalam mobil. Inilah kebiasaan burukku, menyalahkan orang lain. Kata bunda sih, tapi aku gak yakin.Sesekali aku melirik jam tanganku, memastikan agar aku sampai tepat waktu.
            “Mang Mamat kok lama. Ngebut aja. Aku takut
terlambat ni.” Ujarku kesal.
“Baik non.”
Mobilku melaju cepat menerobos gerimis hujan yang kian menjadi. Tak sampai 10 menit aku sudah sampai disekolah. Aku lega karena jam masih menunjukan pukul 06.45. Aku turun dengan mengenakan jaket hitam kesukaanku. Ketika tiba-tiba disampingku muncul kak Didit yang membawakan payung untukku.
“Kak Didit?”
“Ayo.” ajaknya sembari tersenyum simpul menoleh padaku.
Aku hanya mengangguk pelan. Kami melangkah bersama, dan berpisah di simpangan antara tangga dan koridor sekolah menuju ruang kelas 3. Selama berjalan bersama tadi tidak sepatah katapun dia ucapkan. Dia orangnya sih gitu, tenang.  Senyumnya terurai kembali ketika dia menoleh ke arahku dan berjalan menuju kelasnya. Aku hanya tersipu malu melihatnya. Betapa gantengnya dia, hehe. Dia itu sahabatku teman. Jangan mikir yang macem-macem dulu ah.
Dengan langkah gontai aku menuju ruanganku yaitu kelas 2-3. Saat sampai didepan kelas aku dikagetkan oleh seseorang yang memanggilku. Aku menoleh ternyata hanya Salma, temanku tapi beda kelas dia kelas 2-4.
“Ada apa Ma? Tumben cari aku?” tanyaku heran.
“Gapapa. Gue cuma sekedar ngasih info aja. Minggu depan Bu Siti mau ngadakkin seleksi tari. Yang lolos bakal di’ikutin FLS2N, kalo kamu mau ikut siap-siapin diri kamu biar bisa menang lawan aku. Kamu tau kan aku luesnya gag ada yang nandingin.” Ujarnya sembari melangkah pergi dengan sikapnya yang sengak itu, tiba-tiba…
“Bruk…” suara orang jatuh terdengar dengan keras.
Aku penasara, lalu memalingkan muka kearah sumber suara.
“Salma. Lain kali kalo jalan hati-hati.” Nasihat Bu Bk sambil beranjak pergi.
Sukurin kamu. Suruh siapa sombong. Kena batunya deh. Kalo aku jadi Salma pasti sudah malu. Yaiyalah, dilihatin segitu banyak orang. Apalagi pakek acara nabrak guru paling sadis. Wuiihh, niat bener tuh Salma.
Ting.. ting bel pulang sekolah telah terdengar. Aku segera mengemasi barang-barangku dan memasukannya kedalam tas. Dengan langkah santai aku menuruni satu persatu anak tangga menuju gerbang sekolah. Kulihat mang Mamat sudah menunggu.
“Ayo Mang!” ajakku.
“Baik non.”
***
Semburat warna jingga menghiasi langit. Lambat laun terganti oleh langit hitam bertabur bintang yang disinari oleh cahaya bulan. Sungguh pemandangan yang indah sekali.
“Non Mala makan malam sudah siap.” Ujar Mbok Minah.
“Baik Mbok.”
Aku berjalan menuju ruang makan. Dengan sedikit malas aku menuruni anak tangga. Masih memikirkan kata-kata Salma tadi. Bisa gak ya aku ngalahin Salma ?? oh tidak, ini membuatku pusing.
Sepiring nasi goreng sosis mentega, sudah tersaji. Tapi aku masih enggan menyentuhnya.
“Kenapa nak ?” Tanya ibu.
“Lagi dilema nih bu. Minggu depan ada seleksi tari buat FLS2N. aku pengin ikut tapi pasti gak lolos deh. Soalnya sainganku Salma. Mana mungkin aku bisa lolos.” Ujarku sebal.
“Gak usah dipikirin nduk, nanti nenek bantu.” Sambung nenek menenangkanku.
“Beneran nek? Emang nenek bisa?” jawabku.
“Ya bisa dong. Gini-gini nenek dulu kan penari. Udah ah, makan dulu nanti habis makan kamu ikut kekamar nenek.” Ujar  nenek menyuruhku.
Setelah makan malam usai aku mengikuti nenek menuju kamarnya. Bermaksud menuruti perintah nenek tadi. Setelah sampai dikamar, nenek menyuruhku duduk didikasur. Nenek berjalan menuju almari, aku mengamati setiap gerak gerik nenek. Kemudian nenek mengambil sebuah kotak kayu kecil dan membawanya kehadapanku. Nenek membuka kotak itu. Dikeluarkannya sebuah kain batik yang bermotif  tidak terlalu rapi, seperti hanya dikerjakan dengan tangan. Corak dan warna batik antara kain bagian depan dan belakang terlihat jelas, menyala. Meskipun antara corak yang satu dan yang lain terkadang tidak sama. Latarnya berwarna putih bersih. Waw, indah sekali. Baru kali ini aku melihat kain secantik ini. Aku kagum melihatnya.
“Ini kainnya buat kamu nduk. Nenek yakin kamu bisa menang dengan ini.” jelas nenek.
“Wahh, makasih banyak ya nek? Tapi, apa benar? Hanya dengan kain indah ini, aku bisa menang?” Tanyaku tak yakin.
“Kamu tidak percaya nduk? Nenek sudah membuktikannya. Sudah, sekarang waktunya kamu belajar.” Ujar nenek.
“Tapi nek…? Yaudah deh, selamat malam nenek.”
Aku segera berlari menaiki anak tangga dan masuk kekamar. Kututup pintu kamarku rapat-rapat. Aku duduk bersila diatas kasur, sambil memandangi motif-motif kain yang diberikan nenek tadi. Sebernarnya aku tidak tahu apa maknanya? Rasa penasaran ada dibenakku. Tapi aku yakin, dengan kain ini aku bisa ngalahin Salma. Karna nenek sudah membuktikannya. Mana ada orang tua seperti nenek membohongi cucunya sendiri. Haha.
Akhirnya, setiap sore aku berlatih di belakang rumah. menghafal gerak demi gerak. Aku juga berusaha untuk dapat menghayati lagu dengan baik. Sehingga antara lagu dan tariannya pas.
***
Pagi ini hatiku merasa tenang sekali. Hari ini adalah hari seleksinya. Aku sangat bersemangat.
Aku berjalan melewati koridor sekolah menuju aula. Disana telah banyak teman-temanku yang akan mengikuti seleksi tari. Mereka semua sudah siap dengan pakainnya sendiri-sendiri. Begitupun juga Salma yang memakai kain kemben dengan bagian bahu terbuka sebagai atasan dan kain panjang bermotif batik sebagai bawahan.  Sedangakan aku, memakai mekak sebagai atasan dipadukan dengan bawahannya yaitu kain pemberian nenek.
Seleksi sudah berlangsung cukup lama. Sebentar lagi adalah giliranku. Aduh aku merasa deg-degan. Tetapi, aku tetap akan berusaha untuk menampilkan yang terbaik, sebab selama ini aku sudah berlatih semaksimal mungkin.
            Tak berapa lama namaku dipanggil. Aku segera menenangkan diri. Maju kedepan dan menari. Syukurlah aku dapat melewatinya dengan baik walau awalnya aku sempat merasa nervous. Namun, lama kelamaan perasaan nervous itu sirna karna aku mampu menghayati lagu dan irama.
            Pengumuman telah tiba. Dan aku berhasil lolos. Aku merasa sangat senang dan puas bisa tampil dengan baik. Apalagi berhasil mengalahkan si Salma.
***
            “Nenek. Nenek !!” teriakku senang.
            “Iya ada apa to nduk?” Tanya nenek sabar.
“Aku lolos nek, senang deh.”
“Ya Alhamdulillah kalo begitu.” Ujar nenek.
“Tapi nek, kain ini ada mantranya ya? Kok bisa buat aku menang? Nenek punya ilmu?” tanyaku memborong.
“Hahaha… kamu itu nduk. Ya enggaklah. Gak ada ilmu, gak ada mantra nduk. Semua itu karna kamu sendiri. Kalo kamu yakin menang pasti akan menang.” Jelas nenek dengan tawa.
“Lhoh? Terus maksut nenek, nenek udah bukti’in itu apa?” tanyaku heran.
“Iya buktinya kamu bisa percaya diri dengan kain ini?  kain ini cuma buat memotivasi, sehingga kamu bisa percaya diri.”
“Terus makna Corak motif kain ini apa?” Tanyaku masih tak mengerti.
“Aduh nduk, ini kan kain buatan nenek yang asal-asalan. Kamu lupa nenek suka mbatik? Nduk, nduk  kamu itu.”
“Hah? Ya ampun. Sebego’ itukah aku nek. Haha… jadi bukan karna kain ini kan aku menang nek?”
“Bukan nduk.” Senyum nenek menebar.
Oh my God.
***
                Disekolah aku menceritakan semua kejadian kemarin pada kak Didit. Tapi dirinya hanya ber”oh”. Uh ! sebel. Cuek ya cuek. Tapi gak gitu juga kali”.
“Yaudah deh. Aku mau pulang aja. Dicuekin sih.” Ujarku sebal.
“Ya. Hati-hati ya.”
“Ihhh.. nyebelin.”
Tamat.
Oleh : Febriana putri istiqomah









0 komentar:

Posting Komentar

Knight-man. Diberdayakan oleh Blogger.